Pendidikan di Indonesia selalu berdasarkan
sejumlah landasan serta sesuai dengan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut merupakan elemen penting bagi pendidikan, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa
tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis,
sosiologis, kultural, dan psikologis, yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Sedangkan landasan ilmiah dan teknologi
akan mendorong pendidikan agar sesuai dengan masa depan. Asas-asas pendidikan
sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri
Handayani), asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar, dan
asas pendidikan bagi semua.
Landasan dan asas-asas pendidikan inilah yang nantinya menjadi dasar bagi asas-asas kurikulum di Indonesia.
Landasan dan asas-asas pendidikan inilah yang nantinya menjadi dasar bagi asas-asas kurikulum di Indonesia.
A. Landasan Pendidikan
1.
Landasan
Filosfis
Landasan
filosofis sebagai salah satu fondasi dalam pelaksanaan pendidikan berhubungan
dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang
“sesuatu” yang berkaitan dengan arti kehidupan (pandangan hidup). Menurut Pasal
2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
negara Indonesia.
Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan mempunyai makna:
Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan mempunyai makna:
·
Dalam merumuskan pendidikan harus dijiwai dan
didasarkan pada Pancasila.
·
Sistem pendidikan nasional haruslah berlandaskan
Pancasila.
·
Hakikat manusia haruslah diwujudkan melalui
pendidikan, sehingga tercipta manusia Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.
2.
Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan
perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat. Sosiologi
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
·
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek
masyarakat lain.
·
Hubungan kemanusiaan.
·
Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya.
·
Sekolah
dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya.
Masyarakat Indonesia sebagai
landasan sosiologis pendidikan tentu saja mempengaruhi perkembangan pendidikan
di Indonesia. Oleh karena itu pendidikan tidak berlangsung dalam keadaan
vakum sosial. Dari generasi ke generasi selalu mengalami perubahan.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
a.
Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi akan memberi pengaruh dalam pendidikan, yaitu:
Perubahan teknologi akan memberi pengaruh dalam pendidikan, yaitu:
·
Individu memiliki keterampilan baru.
·
Sekolah dituntut agar lulusannya dapat menyesuaikan
perkembangan jaman.
·
Sekolah mulai menggunakan media pembelajaran
yang lebih canggih.
b.
Perubahan Demografi (perubahan jumlah penduduk)
Perubahan demografi akan berakibat pada:
Perubahan demografi akan berakibat pada:
·
Pengembangan kebijaksanaan pendidikan.
·
Pembatasan secara ketat penerimaan siswa baru.
·
Tidak seimbangnya pertambahan penduduk dengan
fasilitas pendidikan.
c.
Urbanisasi dan Sub-urbanisasi
Urbanisai dan sub-urbanisasi akan menyebabkan:
Urbanisai dan sub-urbanisasi akan menyebabkan:
·
Sekolah bertanggungjawab atas penyesuaian diri
terhadap penduduk kot
·
Sekolah berperan dan membantu mekanisme kontrol
sosial di masyarakat.
·
Sekolah mempersiapkan lulusannya untuk dapat
hidup di kota.
d.
Perubahan Politik Masyarakat, Bangsa dan Negara
Dengan adanya perubaha-perubahan di bidang politik, secara tidak langsung akan mempengaruhi pendidikan di Indonesia, diantaranya:
Dengan adanya perubaha-perubahan di bidang politik, secara tidak langsung akan mempengaruhi pendidikan di Indonesia, diantaranya:
·
Meningkatnya keterlibatan pemerintahan di dalam
kegiatan anggota masyarakat.
·
Berkembangnya saling ketergantungan antar
pemerintahan negara.
3.
Landasan
Kultural
Kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Kebudayaan dapat dilestarikan
atau dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal. Pendidikan dapat
dikonsepkan sebagai proses budaya manusia. Kegiatannya dapat berwujud sebagai
upaya yang dipikirkan, dirasakan, dan dikehendaki manusia. Salah satu cara
untuk memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Jadi pendidikan dapat
berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan pengembang kebudayaan.
4.
Landasan
Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan
prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap
peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah
satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan
psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai
implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan.
Psikologi
sebagai ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan pendidikan berorientasi pada tiga
hal yaitu:
a.
Hakikat siswa
b.
Proses belajar
c.
Peranan guru
Karena
guru merupakan sentral pengendalian proses belajar-mengajar, maka dalam
penyampaian materi, guru harus mampu mendasarkan pada perbedaan individu siswa
dan prinsip-prinsip belajar.Selain itu guru juga harus memperhatikan stimulus
belajar, perhatian siswa, keaktifan siswa, penguatan dan umpan balik. Untuk
keberhasilan kegiatan belajar dan pencapaian tujuan pendidikan itu sendriri.
5.
Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan
berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan, sehingga haruslah mendapat
perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan
bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia
yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu.
Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan
iptek tersebut.
Salah
satu misi pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat mengembangkan
iptek. Hubungan timbal balik antara pendidikan dan iptek, yaitu, kemajuan
pendidikan diarahkan untuk kemajuan iptek dan perkembangan iptek akan
berpengaruh pada perkembangan pendidikan.
B.
Landasan
Pendidikan Nasional di Indonesia
Selain
kelima landasan yang telah disebutkan di atas, Indonesia memiliki beberapa
landasan tersendiri, yaitu:
1.
Landasan Ideal: Pancasila
2.
Landasan Konstitusional: UUD 1945
3.
Landasan Operasional: GBHN dan UUSPN (yang sekarang
UU No. 20 Tahun 2003)
C.
Asas-asas
Pendidikan
Asas
pendidikan merupakan dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. Di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan
yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri Handayani), asas belajar
sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar, dan asas pendidikan bagi
semua.
1.
Asas Ki Hajar Dewantara (Tut Wuri
Handayani)
Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu:
Menurut Ki Hadjar Dewantara ada lima asas dalam pendidikan yaitu:
a.
Asas
Kemerdekaan
Memberikan kemerdekaan kepada anak
didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka, melainkan kebebasan yang
dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
b.
Asas
Kodrat Alam
Pada dasarnya manusia itu sebagai
makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan
main, tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang
secara wajar menurut kodratnya.
c.
Asas
Kebudayaan
Berakar dari kebudayaan bangsa,
namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan
dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri (jati diri) tetap menjadi acauan
utama.
d.
Asas
Kebangsaan
Membina kesatuan bangsa, perasaan
satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa
lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
e.
Asas
kemanusiaan
Mendidik anak menjadi manusia yang
manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.
Kelima asas tersebut kemudian
dikenal sebagai asas pertama, yaitu tut wuri handayani yang merupakan inti dari
sitem pendidikan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua
semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
·
Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi
contoh)
·
Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah
memberi dukungan dan semangat)
·
Tut
Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.
Asas Belajar
Sepanjang Hayat
Asas
belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Dengan adanya asas
ini, kurikulum dirancang dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal. Dimensi vertikal dari kurikulum meliputi keterkaitan
dan kesinambungan antara tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan. Sedangkan dimensi horisontal dari
kurikulum yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
pengalaman di luar sekolah.
3.
Asas
Kemandirian dalam Belajar
Dalam
kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan mengurangi keaktifan guru dan meningkatkan keaktifan siswa,
namun guru dituntut utuk selalu siap membantu siswa jika memang diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru sebagai
fasilitator dan motifator bagi peserta didik. Salah satu pendekatan yang
memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem
CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
4.
Asas
Pendidikan Bagi Semua
UNESCO
pada tahun 2000 di Dakar (Senegal) mencanangkan suatu program pendidikan bagi
semua orang di kawasan Asia dan Pasifik yang disebut APPEAL (Asian Pacific
Programme of Education for All). Melahirkan deklarasi tentang pendidikan bagi
semua, yaitu:
a.
Perluasan pendidikan anak dan berbagai kegiatan
pengembangannya termasuk pendidikan bagi anak miskin dan kelainan fisik/mental.
b.
Pendidikan
dasar semesta diupayakan melalui program pendidikan dasar sembilan tahun atau
program kejar paket A dan B.
c.
Pemberantasan
buta huruf.
d.
Peningkatan
mutu pendidikan dasar dan pelatihan keterampilan yang diarahkan pada
peningkatan kesejahteraan kesempatan mendapatkan lapangan kerja dan peningkatan
produktivitas kerja bagi semua kelompok sasaran warga belajar.
e.
Peningkatan
minat baca bagi seluruh lapisan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan peran kesetaraannya di dalam
kegiatan pembangunan.
D.
Asas-asas Pelakasanaan Pendidikan
Nasional di indonesia
Dari asas-asas yang telah dijelaskan
sebelumnya, pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia memperhatikan beberapa
uraian dari asas-asas tersebut, yaitu:
1.
Asas
semesta, menyeluruh dan terpadu
2.
Asas
pendidikan seumur hidup
3.
Asas
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah
4.
Asas
pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat
5.
Asas
keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara
6.
Asas
Bhineka Tunggal Ika
7.
Asas
keselarasan, keserasian dan keseimbangan
8.
Asas
manfaat, adil, dan merata
9.
Asas
ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani
10.
Asas
mobilitas, efisiensi, dan efektivitas.
E.
Asas-asas Kurikulum
1.
Asas
Filosofis
Asas
filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum
hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau
filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang
berarti cinta, pecinta, mencintai, dan Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan,
nikmat, hakikat, dan kebenaran. Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat
yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme,
fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai pandangan hidup
atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang
harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat dijadikan dasar dan
terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan. Pandangan hidup bangsa
Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang
dilakukan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh
bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan
kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah
menentukan tujuan umum pendidikan.
Manfaat filsafat bagi kurikulum, yakni:
Manfaat filsafat bagi kurikulum, yakni:
a.
Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak
harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat
untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh
masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.
b.
Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas
tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus
dibentuk.
c.
Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus
dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
d.
Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan,
sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam
perkembangan anak.
e.
Memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana
tujuan itu telah tercapai.
f.
Memberi
motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin
dicapai.
2.
Asas Psikologi
Asas
psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia
sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan
perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai
berikut:
a.
Aspek Ketakwaan
Dikembangkan
dengan bidang agama
b.
Aspek Cipta
Dikembangkan
dengan bidang studi ekstra dan filsafat
c.
Aspek
Rasa
Dikembangkan
dengan bidang studi seni
d.
Aspek
Karsa
Dikembangkan dengan bidang studi etika, budi
pekerti, Agama, dan PKn
e.
Aspek
Karya (Kreatif)
Dikembangkan melalui bidang studi yang berkaitan
dengan penelitian dan pengembangan bakat.
f.
Aspek
Karya (keprigelan)
Dikembangkan dengan pelajaran yang berkaitan
dengan keterampilan.
g.
Aspek Kesehatan
Dikembangkan
dengan bidang studi kesehatan
h.
Aspek Sosial
Dikembangkan
melalui praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL.
i.
Aspek
Karya
Dikembangkan melalui kerja mandiri.
Terdapat dua asas Psikologi yang melandasi
kurikulum, yaitu:
1.
Psikologi
anak
Sekolah didirikan untuk anak, untuk
kepentingan anak, yakni untuk memberi situasi-situasi belajar kepada anak-anak
tempat mereka dapat mengembangkan bakatnya. Sebab itu sudah seharusnya
anak itu sendiri merupakan faktor dalam pembinaan kurikulum yang tak dapat
diabaikan. Karena pengaruh Plato berabad-abad lamanya anak-anak dididik tanpa
memperhatikan ciri khas tiap anak. Anak itu dipandang sebagai orang dewasa
dalam bentuk kecil. Baru pada permulaan abad keduapuluh anak mendapat perhatian
yang besar. Anak-anak dipelajari secara ilmiah, sehingga lebih banyak diperoleh
keterangan tentang minatnya, perkembangannya, kebutuhannya dan sebagainya. Ada
kurikulum yang progresif yang malahan semata-mata child centered curriculum
kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan minat atau
kebutuhan anak-child centered itu mengandung kelemahan-kelemahan dan boleh
dikatakan tidak ada lagi yang melakukannya di sekolah. Namun usaha itu telah
berhasil untuk menunjukkan perhatian para pendidik kepada kepentingan anak.
Dalam kaitannya dengan psikologi anak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum yaitu :
a.
Anak
bukan miniatur orang dewasa
b.
Fungsi
sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
c.
Faktor
anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum.
d.
Anak
harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
e.
Tiap
anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain.
f.
Kurikulum
hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang
sesuai dengan bakatnya.
Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain,
banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama
bagi semua.
2.
Psikologi
belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dengan
kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dpat dipengaruhi
kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai sejumlah
keterampilan. Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar? Kalau kita
tahu betul bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana
belajar itu memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan
dan dilaksanakan dengancara seefektif-efektifnya. Oleh sebab itu belajar
rupanya suatu proses yang pelik dan kompleks, maka kita tak heran tentang
adanya bermacam-macam teori belajar yang mencoba menjelaskannya, juga ada
eksperimentil, bagaimanakah proses belajar itu berlangsung. Pada umumnya dapat
dikatakan, bahwa tiap teori mengandung kebenaran, tetapi tidak memberikan
gambaran tentang keseluruhan proses itu. Teori yang kita anut terutama mentukan
bahan pelajaran yang harus disajikan. Jadi terdapat hubungan yang erat antara
kurikulum dan ilmu jiwa belajar.
Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:
Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:
a.
seleksi
dan organisasi bahan pelajaran
b.
menentukan
kegiatan belajar mengajar yang paling serasi
c.
merencanakan
kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)
3.
Asas Sosiologis
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka
mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Tiap
masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan
diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap
masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda
latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam
kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan
faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.
Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum,
masyarakat dijadikan salah satu asas.
Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.
Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.
4.
Asas
Organisatoris
Asas
ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya
hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field
atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan
hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata
pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan
memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran,
sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.
5.
Asas
Teknologi
Ilmu
pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk
kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik
yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.
Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan sebagainya.
Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment